Lompat ke konten

Teknologi Informasi untuk Transformasi Nilai

Dulu, guru menyimpan rapat buku mata pelajaran. Sedapat mungkin jangan sampai ketahuan oleh murid. Muskipun murid sangat senang membawakan tas, sesaat guru memasuki gerbang sekolah, namun tas yang berisi buku materi dan catatan lainnya jangan sampai ketahuan murid. Buku menjadi sebuah kitab yang sangat sakral, karena buku yang dimiliki cuma satu, dan dipakai dari beberapa generasi kemudian. Praktis, pembelajaran di kelas hanya satu arah. Sehingga berlaku kebenaran mutlak. Guru tidak boleh salah, yang salah murid.

Jamanpun bergulir, metode penyampaian materi pelajaran berkembang sangat lambat. Guru sebagai pusat pembelajaran masih dominan. Sehingga pendidikan hanya mengenal “benar dan salah”, tanpa mengetahui sebab dan akibatnya. Perpustakaan yang diharapkan menjadi salah satu alternatif sebagai mata air pengetahuan, tidak berpengaruh terhadap prestasi siswa. Sebab, memang pendidikan yang dibentuk bukan pada pola “gemar membaca”, tapi pondasi yang hendak dibangun lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis.

Seiring dengan perkembangan iptek yang sangat pesat ini, teknologi informasi sebagai cabang dari mekarnya pengetahuan turut andil dalam membentuk pola kehidupan di sekolah.Guru yang semula dianggap sebagai tahu segala-galanya, sekarang telah bergeser hanya menjadi bagian dari sumber belajar. Siswa bisa menemukan sumber belajar dari lingkungan.

Teknologi informasi telah menjadi alat deteksi untuk mendapatkan formula ditengah rimba pengetahuan yang semakin tak bertepi. Bila dahulu rumus yang diberikan oleh guru menjadi satu-satunya pilihan, saat ini hanya menjadi salah satu alternatif saja. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi bahwa untuk dapat mengendarai teknologi informasi seseorang mesti berlaku :

Selalu mengikuti laju teknologi

Membudayakan pemakaian teknologi informasi (TI) yang baik dan benar, dan ikut menggunakan teknologi yang sehat. Dengan menggunakan TI yang sehat, akan melahirkan generasi yang memiliki karakter yang kuat. Membiasakan memanfaatkan teknologi informasi juga mempercepat transfer pengetahuan. Masih banyak guru yang kesulitan mengejar perkembangan TI

Menguasai Bahasa Asing 

Sumber pengetahuan masih banyak yang menggunakan bahasa asing (baca : Bahasa Inggris). Kemampuan memakai TI, bila tidak dibarengi dengan kehandalan Inggris akan terasa tertatih-tatih. Kata seorang budayawan, jangan takut terhadap Bahasa Inggris. Buatlah ia menjadi sahabat setia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *